aku selalu senang berdiri diantara sajak-sajakku menyusun aksara penuh membentuk segala sisi dengan kebahagiaan tapi kelemahanku hanya satu, aku selalu terjebak rindumu aku selalu gagal menggambarkan keindahan sajak tanpa membayangkanmu, sayang.. kamu tahu? senyummu benar-benar meracuni sajakku menghipnotis jemariku agar selalu melukis kejujuran bahwa tak sedetikpun aku pernah berhenti merindukamu.